Peran Indonesia dalam menyuarakan persoalan di Timur Tengah menjadi semakin penting dalam upaya memediasi konflik dan mempromosikan perdamaian di kawasan tersebut. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki kepentingan yang besar dalam isu-isu yang terjadi di Timur Tengah.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, “Indonesia memiliki komitmen kuat untuk turut serta dalam upaya penyelesaian konflik di Timur Tengah. Melalui diplomasi yang aktif, Indonesia berperan sebagai suara bagi negara-negara di kawasan tersebut yang seringkali terpinggirkan dalam kancah geopolitik global.”
Salah satu contoh nyata dari peran Indonesia dalam menyuarakan persoalan di Timur Tengah adalah ketika Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok pada tahun 2019. Dalam pertemuan tersebut, Indonesia berhasil mendesak untuk mengambil langkah konkret dalam menyelesaikan konflik di Suriah dan Palestina.
Menurut Direktur Eksekutif Centre for Middle East and Islamic Studies (CEMIS) Universitas Indonesia, Dr. Philips Vermonte, “Peran Indonesia dalam menyuarakan persoalan di Timur Tengah tidak hanya sebatas retorika, tetapi juga melibatkan tindakan nyata dalam upaya membangun perdamaian di kawasan yang penuh konflik ini.”
Namun, meskipun Indonesia telah aktif dalam menyuarakan persoalan di Timur Tengah, masih banyak yang perlu dilakukan. Menurut Dr. Dian Sukma dari Institute of Defence and Strategic Studies (IDSS) Singapura, “Indonesia perlu terus memperkuat diplomasi dan kerja sama dengan negara-negara lain di kawasan untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam penyelesaian konflik di Timur Tengah.”
Dengan demikian, peran Indonesia dalam menyuarakan persoalan di Timur Tengah tidak hanya menjadi tanggung jawab moral, tetapi juga merupakan bagian penting dari upaya global untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan yang begitu kompleks ini. Semoga Indonesia dapat terus menjadi pelopor dalam upaya memediasi konflik dan membangun perdamaian di Timur Tengah.